Kopi Aceh |
Maklumat Perang Belanda melawan Aceh bermula pada tahun 1873, Perang yang berkecamuk tidak mematahkan semangat Rakyat Aceh untuk melawan Belanda hingga tidak ada kata untuk menyerah, tahun demi tahun terus terjadi peperangan sehingga sebahagian wilayah Aceh mampu di kuasai oleh Belanda. Seorang pengusaha
Belanda pada abad XVII melalui Batavia (sekarang Jakarta) masuk ke
Aceh dengan membawakan biji/bibit kopi yang berasal dari Belanda.
Pertama sekali Belanda memperkenalkan adalah kopi jenis Arabica
yang kemudian berkembang dengan jenis yang makin beragam. Segmen Lahan yang sangat menarik untuk menanam Kopi berjenis Arabica yaitu dataran tinggi Gayo, dengan kelembaban suhu dan tinggi dataran dari permukaan air laut yang sangat cocok untuk jenis Arabica.
Ketinggian tanaman kopi dari permukaan laut |
Belanda membuka lahan Kopi di dataran Tinggi Gayo untuk jenis Arabica dan sedikit jenis Robusta hasil panen kopi menjadi aset Belanda untuk komoditi Ekspor Ke Eropa terutama kopi Arabica, pada saat itu Belanda mampu membuat sebuah pemahaman kopi terhadap masyarakat Aceh, untuk masyarakat sendiri pada saat itu mereka menyuruh konsumsi kopi jenis Robutsa, sedangkan Arabica untuk dikonsumsi sendiri (Belanda) dan untuk di ekspor. Baca : kenali perbedaan kopi arabica dan Arabica
Tabel perbedaan antara kopi Arabica dan Robusta
ARABICA | ROBUSTA | |
Tahun ditemukan | 1753 | 1895 |
Kromosom (2n) | 44 | 22 |
Waktu dari berbunga sampai berbuah | 9 bulan | 10-11 bulan |
Berbunga | setelah hujan | tidak tetap |
Buah matang | jatuh | di pohon |
Produksi (kg/ha) | 1500-3000 | 2300-4000 |
Akar | dalam | Dangkal |
Temperatur optimal (rata2 /tahun) | 15-24° C | 24-30° C |
Curah hujan optimal | 1500-2000 mm | 2000-3000 mm |
Pertumbuhan maksimum | 1000-2000 m | 0-700 m |
Kandungan kafein | 0,8-1,4% | 1,7-4,0% |
Bentuk biji | datar | Oval |
Karakter rebusan | asam | Pahit |
Di dunia,
kopi bisa dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan jenisnya, yaitu
kopi Arabica dan kopi Robusta. Kini di Aceh kedua jenis kopi ini
dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Kopi jenis Arabica umumnya
dibudidayakan di wilayah dataran tinggi Tanah Gayo, termasuk Takengon,
Aceh Tenggara, dan Gayo Lues. Sedangkan di Kabupaten Pidie (terutama
wilayah Tangse dan Geumpang) dan Aceh Barat, masyarakat lebih menyukai
mengembangkan kopi jenis Robusta.(dataran rendah)
Kondisi alam Aceh yang subur, dipadu cuaca yang mendukung,
menjadikan tanaman kopi Aceh berkembang menjadi komoditas yang bermutu
tinggi dan menguntungkan. Indonesia merupakan pengekspor biji kopi
terbesar keempat di dunia, dan Aceh adalah salah satu penghasil kopi
terbesarnya yang mampu menghasilkan sekitar 40% biji kopi jenis Arabica
tingkat premium dari total panen kopi di Indonesia
0 komentar:
Post a Comment